PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH
Oleh: Tri Adi Susanto
Peserta PGP Angkatan 8 Kelas
38 A2
A. Latar Belakang
Untuk
mengembangkan peserta didik agar memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar
pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia,
penerapan budaya positif di sekolah sangatlah penting. Dalam menciptakan budaya
positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, nyaman dan aman agar
peserta didik mampu berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri,
dan bertanggungjawab. Lantas, apa itu budaya positif?
Budaya positif
adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berpihak
pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh
hormat, dan bertanggung jawab. Dalam budaya positif ada unsur disiplin positif.
Diperlukan untuk meninjau ulang bentuk disiplin yang selama ini dijalankan di
sekolah. Dalam menanamkan disiplin belum berdasarkan motivasi internal, di mana
pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut
sistem penghargaan dan hukuman. Model disiplin yang dibangun saat ini masih
banyak yang belum berpihak pada siswa. Masih banyak juga posisi kontrol guru
belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa
merasa bersalah.
Sebagai seorang
guru yang memiliki tugas sebagai pendidikan dan pengajar, tujuan kita yaitu
menciptakan murid-murid yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa
berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki
motivasi internal. Murid yang memiliki disiplin diri sejatinya mampu
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Peran kita sebagai pendidik harus
dapat menumbuhkan disiplin diri pada diri siswa sehingga siswa mampu menggali
potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna,
mampu mengontrol diri, mampu menguasai diri dalam memilih tindakan yang mengacu
pada nilai-nilai yang dihargai.
Harapannya, budaya
positif yang sudah ada di sekolah dapat berkembang menjadi karakter semua warga
sekolah. Untuk itu diperlukan kesadaran semua pendidik dalam menumbuhkembangkan
budaya positif untuk mewujudkan karakter profil pelajar pancasila. Berdasarkan
paparan di atas diperlukan sosialisasi dan deseminasi mengenai budaya positif
sehingga para guru dapat berkolaborasi dalam menerapkan disiplin restitusi di
posisi monitor dan manajer sehingga lingkungan yang positif, aman dan nyaman
dapat terwujud. Selain itu, praktik baik penyusunan keyakinan kelas perlu
dilakukan implementasi budaya positif sebagai aksi nyata penerapan budaya
positif.
B. B. Praktik Baik yang Diharapkan (Perencanaan)
Dalam
mengimplementasikan budaya positif, harapan saya dapat melakukan kegiatan yaitu menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari
modul budaya positif serta pemahaman mereka mengenai konsep-konsep inti dalam
modul Budaya Positif, melalui praktik baik:
1.
mengimplementasikan konsep-konsep inti dalam modul
Budaya Positif di lingkungan kelas, sesuai yang dibuat di tahap Koneksi
Antarmateri
2.
membagikan pemahaman dan pengalaman dalam
menerapkannya kepada rekan-rekan guru.
C.
C. Praktik Baik yang Dilakukan (Penerapan)
Prakttik
baik yang dilakukan sebagai bentuk aksi nyata dapat saya deskripsikan sebagai
berikut:
1.
Penyusunan Keyakinan Kelas dengan Siswa
Judul
Kegiatan : Penyusunan Keyakinan Kelas V di SD Negeri 1 Mlowokarangtalun
Peserta : Siswa Kelas V
Waktu
Pelaksanaan : Tanggal, 18 Juli 2023
Latar
Belakang : Pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik jika
didukung penerapan budaya positif. Dengan budaya positif, akan terwujud pembelajaran
yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa belajar dengan aman, nyaman, dan
senang. Untuk mendukung terwujudnya budaya positif di sekolah perlu adanya
pembentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas berupa nilai-nilai yang universal, mudah
dipahami, dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata yang digunakan mudah dipahami, bernuansa positif, dibuat
agar mudah dilihat/dibaca, dipahami, diterapkan dan direfleksikan atau
direnungkan secara berkala, dan dapat ditinjau ulang untuk dilakukan
pengembangan, perubahan atau perbaikan. Keyakinan
kelas di SD N 1 Mlowokarangtalun belum dilaksanakan untuk setiap kelas dan
masih berupa peraturan/tata tertib. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembuatan
keyakinan kelas.
Tujuan : Secara bersama-sama siswa didampingi oleh guru dapat merumuskan dan menyusun keyakinan kelas yang
disepakati sehingga bisa diterapkan di kelas dan lingkungan sekolah.
Tolok
Ukur :
a.
Terbentuknya keyakinan kelas oleh siswa bersama
guru.
b.
Poster atau dokumen keyakinan kelas yang dipajang di
kelas.
Lini
Masa Tindakan :
a.
Tanya jawab dengan siswa mengenai kelas impian yang mereka inginkan.
b.
Diskusi mengenai cara/langkah untuk mencapai kelas impian mereka.
c.
Menuliskan dan menuliskan gagasan mengenai keyakinan kelas dari peraturan-peraturan
sekolah
d.
Membuat simpulan dengan merumuskan keyakinan kelas
mengenai ide-ide yang dikemukakan.
e.
Membuat poster/Info Grafis keyakinan kelas yang telah disusun dengan
Canva dll.
f.
Refleksi kegiatan hari itu.
Dukungan
yang dibutuhkan :
a.
Izin/rekomendasi atasan.
b.
Dukungan dari rekan sejawat/guru untuk menerapkan praktik
baik di kelas.
c.
Sarana dan prasarana kegiatan.
Deskripsi Kegiatan :
Kegiatan praktik baik penyusunan keyakinan kelas dimulai
dengan membuat perencanaan dan meminta izin kepada atasan. Setelah dipersiapkan
dengan baik sarana dan prasarana serta bahan-bahan yang dibutuhkan seperti ATK,
saya menentukan waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas V. Pelaksanaan
dilakukan pada hari Selasa, 18 Juli 2023.
Pada kegiatan ini, saya bersama murid-murid kelas V
SD Negeri 1 Mlowokarangtalun melaksanakan penyusunan keyakinan kelas. Pada
pelaksanaannya dihadiri oleh 34 murid. Mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran
sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan.
Dalam kegiatan ini diawali dengan ice breacking melakukan
game dan dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu menyusun keyakinan kelas
dimulai dari menempelkan berbagai peraturan di sekolah. Setelah dilakukan
kegiatan menempel pos it kemudian guru
mengajak mengidentifikasi mana-mana yang sama kemudian diambil yang relevan
dengan kelas. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan menyusun aturan yang disepakati
untuk dijadikan keyakinan kelas dan ditambah yang belum ada. Keyakinan kelas
yang disepakati ini nantinya akan dibuat ke dalam poster/info grafis. Pada
kegiatan akhir ditutup dengan refleksi yang menanyakan kepada siswa mengenai
kegiatan hari itu. Refleksi dilakukan dengan menanyakan kepada murid dengan
pertanyaan sebagai berikut:
Aku hari ini belajar ….
Setelah merumuskan keyakinan kelas perasaanku ….
Sebelumnya saya berpikir bahwa keyakinan kelas dibuat oleh …, namun
sekarang aku tahu bahwa keyakinan kelas disusun/dirumuskan oleh ….
Bersama teman-taman, keyakinan kelas yang telah tersusun akan ….
Dokumentasi
kegiatan:
Jalannya kegiatan penyususnan
keyakinan kelas bersama siswa dapat dilihat pada link berikut: https://youtu.be/JqzatxbXNbk
2.
Sosialisasi Budaya Positif
Judul
Kegiatan : Sosialisasi Budaya Positif (Pembuatan Keyakinan Kelas dan
Penerapan Segitiga Restitusi) di Sekolah
Peserta : Guru di SD Negeri 1 Mlowokarangtalun dan di Gugus Handayani
Waktu
Pelaksanaan : Tanggal, 22 Juli 2023
Latar
Belakang : Pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik jika
didukung penerapan budaya positif. Dengan budaya positif, akan terwujud pembelajaran
yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa belajar dengan aman, nyaman, dan
senang. Untuk mendukung terwujudnya budaya positif di sekolah perlu adanya
pembentukan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi. Di SD N 1 Mlowokarangtalun
tidak semua guru paham tentang keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan sosialisasi tentang pembuatan keyakinan kelas dan penerapan
segitiga restitusi bagi para guru di SD N 1 Mlowokarangtalun.
Tujuan : Tujuan dari aksi nyata adalah guru mendapatkan pemahaman mengenai
keyakinan kelas dan segitiga restitusi sehingga bisa diterapkan di sekolah
untuk mendukung terwujudnya budaya positif.
Tolok
Ukur :
a.
Guru memahami konsep pembuatan keyakinan kelas dan
penerapan segitiga restitusi.
b.
Adanya poster atau dokumen keyakinan kelas yang
dipajang di setiap kelas.
c.
Guru mampu menerapkan segitiga restitusi saat
menangani permasalahan siswa.
Lini
Masa Tindakan :
a.
Membuat perencanaan kegiatan
b.
Membuat materi tentang budaya positif dalam bentuk slide
Powerpoint
c.
Berkonsultasi dengan korwilcam/pengawas/kepala sekolah/guru
senior untuk mendapatkan masukan mengenai materi yang sudah dibuat dan penentuan
jadwal sosialisasi
d.
Bekerja sama dengan petugas sarana prasarana untuk mempersiapkan
ruang presentasi
e.
Melaksanakan presentasi/sosialisasi
f.
Refleksi kegiatan.
Dukungan
yang dibutuhkan :
a.
Izin/rekomendasi atasan.
b.
Dukungan dari rekan sejawat/guru untuk mengikuti kegiatan
deseminasi dan sosialisasi.
c.
Sarana prasarana dan petugas/rekan yang mendukung pelaksanaan
sosialisasi.
Deskripsi Kegiatan :
Kegiatan deseminasi dan sosialisasi mengenai budaya
positif di sekolah dimulai dengan membuat perencanaan dan meminta izin kepada
atasan. Selanjutnya setelah dipersiapkan dengan baik bahan-bahan presentasi,
saya menentukan waktu pelaksanaan dengan mencari waktu setelah kegiatan
pembelajaran agar tidak mengganggu kegiatan rutin sekolah. Pelaksanaan
dilakukan pada hari Sabtu, 22 Juli 2023 setelah pukul 12.00.
Pada kegiatan ini saya mengundang guru-guru SD Negeri
1 Mlowokarangtalun dan guru-guru SD Negeri 1 Jatiharjo untuk hadir dalam
kegiatan tersebut. Pada pelaksanaannya dihadiri oleh dua belas guru kelas dan
guru mata pelajaran. Rekan-rekan yang hadir sangat mendukung kegiatan sehingga
kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan.
Dalam kegiatan ini diawali dengan ice breacking dan
dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu menyampaikan penerapan budaya positif di
sekolah. Pada kegiatan ini materi yang saya sampaikan meliputi: disiplin
positif, teori kontrol, lima posisi guru,
hukuman-penghargaan-resistensi dan kesepakatan kelas. Pada kegiatan akhir
ditutup dengan refleksi.
Dokumentasi
kegiatan:
Jalannya kegiatan deseminasi
dan sosialisasi mengenai budaya positif di sekolah ini dapat dilihat pada link
berikut: https://youtu.be/6XUyGvt6qns
D.
D. Ide atau Gagasan yang Timbul selama Penerapan
Dalam menerapkan budaya positif di sekolah pastilah mengalami perubahan dan mengalami perkembangan. Berbagai ide atau gagasan yang timbul selama penerapan praktik baik antara lain:
1.
Dalam kegiatan ini diperlukan koordinasi dan kolaborasi
antarguru di sekolah dan lintas sekolah serta melibatkan pihak luar baik
akademisi maupun praktisi agar kegiatan lebih berkualitas.
2.
Untuk sekala lebih besar dalam menangani sebuah
kegiatan, diperlukan persiapan lebih matang agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan optimal, seperti: dibentuk panitia/seksi, menyiapkan sarana dan
prasarana yang lengkap.
3.
Tindak lanjut praktik baik penyusunan keyakinan di
kelas dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas dalam bentuk
infografis/poster yang ditempatkan di kelas.
E. Refleksi Aksi Nyata
Setelah kegiatan praktik baik sebagai bagian dari aksi nyata ini dilaksanakan tentunya ada beberapa yang sudah terlaksana dengan baik, namun demikian ada yang belum terlaksana dengan baik. Untuk yang sudah terlaksana dengan baik yaitu kegiatan deseminasi dan sosialisasi sudah dilaksanakan sesuai jadwal dan peserta lebih dari sepuluh orang. Untuk penyusunan keyakinan kelas sudah terlaksana dengan waktu yang relatif cukup dan aktivitas cukup baik. Murid merasa senang dilibatkan dan mereka antusias mengikuti kegiatan.
Beberapa aksi nyata yang belum terlaksana dengan baik yaitu belum adanya praktik dalam kegiatan sosialisasi ini sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut di luar sosialisasi agar para peserta lebih dapat memahami mengenai praktik segitiga restitusi dan pembentukan keyakinan kelas. Praktik baik yang belum terlaksana tersebut dapat ditingkatkan dan dilaksanakan di lain waktu, misalnya lewat kegiatan kolektif guru di KKG. Hal ini merupakan tantangan yang harus diatasi dan diperlukan tindak lanjut dengan cara berkooordinasi dengan komunitas praktisi di luar sekolah agar berbagai praktik baik yang belum terlaksana dapat dilaksanakan secara optimal di lintas sekolah. Untuk praktik penyusunan keyakinan kelas masih ada aktivitas yang kurang yaitu menuliskan keyakikan kelas secara bergantian sehingga murid benar-benar aktiv dan mendalami dengan baik.
F. F. Testimoni/Kesan-kesan dari Pelaksanaan Aksi Nyata
Dalam pelaksanaan praktik baik sebagai aksi nyata dari penerapan budaya positif di sekolah, berikut ini ada beberapa rangkuman testimoni atau kesan-kesan dari para guru dalam menanggapi hasil karya saya sebagai berikut:
- Dari Ibu Dynna Fitria Cahyono Putri, S.Pd. yang mengemukakan bahwa Karya ini sangat menginspirasi bagi saya. Saya bisa banyak belajar mengenai disiplin positif yang akan saya terapkan kepada anak didik saya.
- Dari Ibu Indri Haryanti, S.Pd. yang mengemukakan bahwa Karya ini begitu menginspirasi saya sebagai pendidik untuk bisa melakukan hal yang sama. Selain itu sangat bermanfaat dan terus selalu berkarya dengan ide-ide yang bisa menginspiratif.
- Dari Ibu Karyani, S.Pd.SD mengemukakan bahwa karya ini sangat memotivasi saya sebagai guru untuk menerapkan budaya positif khususnya di kelas saya. Selain itu, saran yang diberikan yaitu perlu dikembangkan lagi supaya lebih optimal.