1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok
Rabu, 6
Juli 2023
Durasi : 3 JP
Moda : Kegiatan forum diskusi dengan CGP lain (Kerja Kelompok)
Tujuan Pembelajaran Khusus:
- CGP dapat menganalisis kasus-kasus yang disediakan berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif bersama CGP lain dalam Komunitas Praktisi
- CGP dapat mempresentasikan hasil analisis studi kasus berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif
Pada tahap ruang kolaborasi ini, CGP berkolaborasi dengan CGP lain untuk membuat komunitas praktisi. Ruang
kolaborasi ini akan terbagi menjadi dua bagian yaitu kerja kelompok (3JP) dan
forum diskusi sinkronus bersama fasilitator (3JP).
Pada sesi ini, CGP akan melakukan kerja kelompok dengan ketentuan sebagai berikut.
- Dalam kelompok masing-masing, pelajari kasus-kasus yang disediakan.
- Lakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus yang disediakan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di tiap kasus yang disajikan.
1. Agung Tri Ariyanto
2. Siti Yulianti
3. Lenny Verawati
4. Tri Adi Susanto
5. Tri Puji Lestari
KASUS 1:
Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat
masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2
tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui
hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan
tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali
dengan ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan
tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah
kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali
malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan
tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan
tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan
memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela
diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi
bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin
meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan
untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali
mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi
melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah,
apakah ada gagasan?
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau
mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema
yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap
saling menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di
sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan
mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu
Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan
mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
o
Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah
dijalankan oleh Ibu Santi?
o
Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah
sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi
yang telah diusulkan mereka?
o
Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam
menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
o
Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang
ditempuh Ibu Santi?
JAWABAN:
1. Restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah
sesuai dengan kesalahan yang telah dibuat. Mereka tidak menghormati Bu Eni dan
berperilaku tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Fifi dan Natali berjanji akan
bersikap sopan (menghormati ) dan mendiskusikan tentang keyakinan kelas.
Solusi yang
diusulkan Fifi dan Natali yaitu mereka akan berdiskusi dengan teman sekelasnya
tentang keyakinan kelas, dan akan meminta maaf dengan mengirim email kepada Ibu
Eni. Bahkan mereka mengusulkan jika ada ketidakhadiran guru, Bu Eni yang
diminta menggantinya.
Langkah
restitusi yang sudah dilakukan Fifi dan Natali meliputi 3 tahap yaitu validasi
tindak kesalahan, menanyakan keyakinan, dan menstabilkan identitas.
2. Pertanyaan
3 Posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan
Natali?
Posisi yang
telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali adalah sebagai pemantau.
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline
(1998), Monitor/Pemantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita
bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau
berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Posisi monitor sendiri
berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam
mengontrol murid. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi
marah atau membuat merasa berbuat salah. Terlihat saat Ibu Eni mencoba
mendekati - kedua murid perempuan tersebut dan menegur mereka dengan halus,
namun keduanya tetap berlaku tidak pantas. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas
dan malah mengobrol.
3. Pertanyaan
4 Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh
Ibu Santi?
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
1. Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak
Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
Posisi yang diambil Pak Lukman adalah sebagai penghukum.
Pak Lukman menghukum Sabrina dengan menyakiti secara verbal, dan ini akan
membuat anak tidak nyaman pada jangka yang panjang (Sabrina akan menyalahkan
diri sendiri-konsep buruk pada anak). Sabrina akan semakin membenci peraturan,
sedangkan
peraturan tidak akan berjalan jika anak takut.
2. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, kira-kira apa
yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan
ke Sabrina? Jelaskan ! “Kenapa kamu terlambat ?, Apakah kamu memahami aturan
sepatu sekolah kita ?, Bagaimana konsekuensi untuk siswa yang tidak mematuhi
aturan sekolah ?
3. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
- Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna
hitam? Kerapian, keseragaman
- Bagaimana Anda menyikapi langkah yang
diambil Pak Lukman mengenai kasus tersebut? Tidak setuju, karena apa yang
dilakukan Pak Lukman terhadap Sabrina, dapat menimbulkan trauma dan ketakutan
pada murid. Seharusnya Pak Lukman dapat menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan lebih bijak. Mengajak diskusi, dan bersikap sebagai pemantau dan
manajer.
Kasus 3
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis,
namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak
acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan
kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan
maju ke depan, dan sesampai di depan papan
tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan
memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain
kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?”
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali
terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan
nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada
saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun
menjawab, “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah
capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam
membisu.
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali
terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan
nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada
saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun
menjawab, “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan
sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan
kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun
diam membisu
Kasus 3 1. Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam
pendekatannya kepada Fajar?
Posisi pembuat merasa bersalah dengan kata
kata “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek capek
mengajar kamu. Tidak kasihan sama Ibu”
2. Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
kesenangan, Cinta dan
kasih sayang (rasa diterima)
3. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan
atau dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan?
Jelaskan.
“Fajar kenapa kamu malas-malasan? Apa
keyakinan yang kamu langgar? Apa konsekuensinya jika kamu melanggar keyakinan kelas?
4. Apabila Anda adalah kepala sekolah disana dan mengetahui hal ini, bagaimana
tindak lanjut Anda?
Berkordinasi dengan guru BK untuk melakukan
pemanggilan orang tua atau melakukan home visit, untuk mengetahui lebih jauh
mengenai permasalahan yang ada pada Fajar.
Kasus 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba
terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan
mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya
terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka
ke ruang kepala sekolah. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Suti menanyakan Dino tentang
Keyakinan Sekolah yang telah disepakati.
Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki
kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun mengangguk. Kemudian Ibu
Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang
bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah.
Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki
pak. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat
kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu
Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang
akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto
yang terlepas?
Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah gak tahu bu, saya lem
kembali mungkin ya bu?” Ibu
Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau
di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana
kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah
kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi,
“Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit
bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia
belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak,
memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari
saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti
menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali diam
sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa
kancing.
Kasus 4
1. Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti?
Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
KS Bu Suti pada kasus tersebut berposisi sebagai manager karena Bu Suti
mempersilahkan dan mendukung siswanya untuk menemukan solusi untuk masalah
mereka. Bu Suti tinggal memberi arahan saat mereka sudah menemukan solusi
masalahnya
2. Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto
dikuatkan oleh Ibu Suti?
Bu Suti menguatkan Anto dengan memperbaiki 3
kancing baju, sedangkan Dino dikuatkan dengan belajar menjahit kepada Pak Irfan
Guru tata Busana
3. Kira-kira nilai-nilai kebajikan (Keyakinan Sekolah) apa yang dituju
dalam kasus tersebut? Jelaskan.
Tanggung jawab. Dalam kasus tersebut Dino
diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dengan
bertanggungjawab mengembalikan kancing baju
Anto yang terlepas.
0 comments:
Posting Komentar