Just another free Blogger theme

"Ajar ilmu saking kamardikaning ati" di BLOGNYA Mas Tri Adi Susanto CGP 08

KEGIATAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

  • Lokakarya
  • Pendampingan Individu

 

1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok

Rabu, 6 Juli 2023

Durasi : 3 JP
Moda :  Kegiatan forum diskusi dengan CGP lain (Kerja Kelompok)

Tujuan Pembelajaran Khusus

  1. CGP dapat menganalisis kasus-kasus yang disediakan berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif bersama CGP lain dalam Komunitas Praktisi
  2. CGP dapat mempresentasikan hasil analisis studi kasus berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif

Pada tahap ruang kolaborasi ini, CGP berkolaborasi dengan CGP lain untuk membuat komunitas praktisi. Ruang kolaborasi ini akan terbagi menjadi dua bagian yaitu kerja kelompok (3JP) dan forum diskusi sinkronus bersama fasilitator  (3JP).

Pada sesi ini, CGP akan melakukan kerja kelompok dengan ketentuan sebagai berikut.

  1. Dalam kelompok masing-masing, pelajari kasus-kasus yang disediakan.
  2. Lakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus yang disediakan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di tiap kasus yang disajikan.
Kelompok 2:
1. Agung Tri Ariyanto
2. Siti Yulianti
3. Lenny Verawati
4. Tri Adi Susanto
5. Tri Puji Lestari
                                        

KASUS 1:

Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.

Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?

Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.


o    Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?

o    Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?

o    Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.

o    Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?

 

JAWABAN:

Langkah-langkah restitusi yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi:
1. Menggunakan 3 langkah restitusi

1.    Restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan kesalahan yang telah dibuat. Mereka tidak menghormati Bu Eni dan berperilaku tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Fifi dan Natali berjanji akan bersikap sopan (menghormati ) dan mendiskusikan tentang keyakinan kelas.

Solusi yang diusulkan Fifi dan Natali yaitu mereka akan berdiskusi dengan teman sekelasnya tentang keyakinan kelas, dan akan meminta maaf dengan mengirim email kepada Ibu Eni. Bahkan mereka mengusulkan jika ada ketidakhadiran guru, Bu Eni yang diminta menggantinya.

Langkah restitusi yang sudah dilakukan Fifi dan Natali meliputi 3 tahap yaitu validasi tindak kesalahan, menanyakan keyakinan, dan menstabilkan identitas.

2.     Pertanyaan 3 Posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali?

Posisi yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali adalah sebagai pemantau. Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998), Monitor/Pemantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah. Terlihat saat Ibu Eni mencoba mendekati - kedua murid perempuan tersebut dan menegur mereka dengan halus, namun keduanya tetap berlaku tidak pantas. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.

3.  Pertanyaan 4 Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?

Pak Hasan harus bertindak sebagai manajer yang dapat mengendalikan dengan baik agar kasus tersebut teratasi. Pak Hasan dapat memberi penguatan kepada murid agar mereka kembali mewujudkan keyakinan kelas yang sudah mereka sepakati. Pak Hasan juga memberi kepercayaan kembali kepada Bu Santi, Bu Eni,  dan murid. Selain itu Pak Hasan memberi penegasan bahwa kesepakatan yang diambil bisa dilaksanakan dengan baik.

Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.

Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.

Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.

1. Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
Posisi yang diambil Pak Lukman adalah sebagai penghukum. Pak Lukman menghukum Sabrina dengan menyakiti secara verbal, dan ini akan membuat anak tidak nyaman pada jangka yang panjang (Sabrina akan menyalahkan diri sendiri-konsep buruk pada anak). Sabrina akan semakin membenci peraturan, sedangkan
peraturan tidak akan berjalan jika anak takut.

2. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, kira-kira apa yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan ! “Kenapa kamu terlambat ?, Apakah kamu memahami aturan sepatu sekolah kita ?, Bagaimana konsekuensi untuk siswa yang tidak mematuhi aturan sekolah ?

3. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,

- Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna hitam? Kerapian, keseragaman
- Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman mengenai kasus tersebut? Tidak setuju, karena apa yang dilakukan Pak Lukman terhadap Sabrina, dapat menimbulkan trauma dan ketakutan pada murid. Seharusnya Pak Lukman dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan lebih bijak. Mengajak diskusi, dan bersikap sebagai pemantau dan manajer.

 

Kasus 3

Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan
maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?”

Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab, “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.

Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun
menjawab, “Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan
kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu

Kasus 3 1. Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
Posisi pembuat merasa bersalah dengan kata kata “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek capek mengajar kamu. Tidak kasihan sama Ibu”

2. Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
kesenangan, Cinta dan kasih sayang (rasa diterima)

3. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan? Jelaskan.
“Fajar kenapa kamu malas-malasan? Apa keyakinan yang kamu langgar? Apa konsekuensinya jika kamu melanggar keyakinan kelas?

4. Apabila Anda adalah kepala sekolah disana dan mengetahui hal ini, bagaimana tindak lanjut Anda?
Berkordinasi dengan guru BK untuk melakukan pemanggilan orang tua atau melakukan home visit, untuk mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang ada pada Fajar.

Kasus 4

Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Suti menanyakan Dino tentang
Keyakinan Sekolah yang telah disepakati.

Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang
bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki
pak. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu
Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto
yang terlepas?

Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah gak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya bu?” Ibu
Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana
kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi,
“Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia
belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari
saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali diam
sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.


Kasus 4

1. Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?

KS Bu Suti pada kasus tersebut berposisi sebagai manager karena Bu Suti mempersilahkan dan mendukung siswanya untuk menemukan solusi untuk masalah mereka. Bu Suti tinggal memberi arahan saat mereka sudah menemukan solusi masalahnya

2. Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto dikuatkan oleh Ibu Suti?
Bu Suti menguatkan Anto dengan memperbaiki 3 kancing baju, sedangkan Dino dikuatkan dengan belajar menjahit kepada Pak Irfan Guru tata Busana

3. Kira-kira nilai-nilai kebajikan (Keyakinan Sekolah) apa yang dituju dalam kasus tersebut? Jelaskan.
Tanggung jawab. Dalam kasus tersebut Dino diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dengan
bertanggungjawab mengembalikan kancing baju Anto yang terlepas.












0 comments:

Posting Komentar

Profil

Foto saya
Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia
Saya, Tri Adi Susanto adalah seorang Kepala Sekolah di SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan